Mengatasi Keputihan Oleh Prof Hembing Wijayakusuma
Minggu, 25 September 2005
Kulit putih merupakan dambaan sebagian besar wanita. Bagaimana dengan keputihan? Bagi kaum wanita, keputihan sangat tidak diharapkan dan harus dijauhi karena bisa membuat wanita tidak percaya diri, rendah diri dan perasaan malu.
Keputihan merupakan gangguan penyakit yang hanya dialami wanita, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan hingga orang tua.
Bagi wanita yang sudah berkeluarga, gangguan keputihan akan menjadi masalah malah dapat berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan suami-istri. Karena tidak jarang keputihan menjadikan istri enggan melakukan hubungan intim atau suami merasa enggan berhubungan intim karena si istri keputihan. Keputihan terutama diderita oleh wanita yang telah menikah dan paling sering ditemui pada mereka yang menderita penyakit kandungan.
Keputihan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis disebut juga keputihan normal. Keputihan jenis ini ditandai keluarnya lendir encer dan bening. Lendir ini tak menimbulkan rasa gatal di sekitar vagina dan tidak menimbulkan bau anyir (amis). Keputihan jenis ini pada umumnya pernah dialami wanita dan bersifat normal. Namun gangguan ini sedini mungkin harus dicegah.
Penyebabnya adalah pengaruh psikis, misalnya terlalu lelah, cemas, stres, depresi. Selain itu, kurang menjaga kebersihan kulit terutama sekitar alat genital, kurang menjaga kebersihan pakaian dalam dan biasanya timbul pada saat atau menjelang atau setelah menstruasi.
Sedangkan keputihan patologis disebabkan infeksi atau peradangan. Cirinya adalah keluarnya lendir kental yang berwarna agak kuning sampai hijau yang berbau. Jenis ini disertai timbulnya rasa gatal yang sangat menggangu di sekitar alat genital, rasa sakit atau nyeri saat melakukan hubungan suami-istri dan lain-lain.
Penyebabnya, antara lain, radang vulva, radang vagina, radang leher rahim (service) dan radang rongga rahim. Selain itu, jamur Trichomonas vaginalis dan jamur moniliasis (leandiasis) yang ini menimbulkan rasa gatal serta adanya benda asing dalam liang senggama serta adanya kanker alat kelamin;
Seorang wanita hamil yang menderita keputihan disebabkan infeksi akan menularkan keputihan tersebut kepada bayinya apabila ia melahirkan secara normal atau lewat liang senggama. Penyakit ini juga dapat menyebabkan bayi cacat bahkan kematian bayi. Sedangkan keputihan yang disebabkan infeksi bila diderita wanita yang belum menikah akan menyebabkan terjadinya infeksi saluran kencing, radang panggul, gangguan haid, bahkan dapat menyebabkan kemandulan.
Mengatasi keputihan secara alamiah: Ambil 30 Gram kulit delima kering dan 30 gram sambiloto direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum.
Selain itu, bisa menggunakan lidah buaya secukupnya dikupas kulitnya, lalu dijus kemudian direbus bersama 30 gram sambiloto dengan air secukupnya. Setelah itu airnya diminum selagi hangat.
Cara lain adalah lidah buaya secukupnya dikupas kulitnya lalu bagian dalamnya dijus, kemudian direbus bersama 30 gram sambiloto dan daun sirih secukupnya dengan air secukupnya hingga mendidih. Kemudian gunakan air rebusan tersebut selagi hangat untuk membersihkan vagina.
Atau gunakan 30 Gram tapak liman direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Gunakan 30 Gram baru china/daun hia segar direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu airnya diminum.
Selain itu bisa diatasi dengan menggunakan 60 Gram daun beluntas, 30 gram bunga boroco direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu airnya diminum.
Gunakan 15 Gram akar bunga tasbih, 30 gram akar kembang pukul empat direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu airnya disaring dan diminum.
Ambil 25 Gram daun meniran, 15 gram daun pacar china direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum.
Untuk penderita keputihan yang faktor infeksi sebaiknya sedini mungkin berkonsultasi dengan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi. Gangguan keputihan yang hilang timbul untuk jangka waktu lama tak jarang merusak keharmonisan rumah tangga dan menimbulkan rasa putus asa. Karenanya, jangan sampai "si putih" mengganggu keluarga Anda.